Air Danau Toba Surut, Warga Samosir Gelar Upacara Minta Hujan

Masyarakat Samosir menggelar upacara adat Horja Bius di Tomok, Kabupaten Samosir Sumatera Utara selama dua hari, Jumat (14/10/2016) dan Sabtu (15/10/2016). Pada upacara yang dipimpin delapan Raja Samosir ini, warga memohon kepada Sang Pencipta untuk menurunkan hujan.

Selama tiga tahun terakhir, curah hujan di Samosir sangat sedikit. Sehingga membuat hasil panen tak sebanyak biasanya. Selain itu dampak yang paling besar dirasakan warga adalah surutnya air Danau Toba.

Hal ini membuat kapal-kapal wisata dan kapal feri sulit bersandar ke dermaga. Pengangkutan barang-barang kendaraan ke dermaga juga menjadi lebih sulit.

"Surutnya (air Danau Toba) sampai tiga meter. Yang paling kami rasakan dampaknya kalau mengangkut barang dari kapal ke dermaga. Itu jadi susah. Harus pakai tangga kayu," ujar Daud Simbolon, pekerja di kapal wisata, Jumat (14/10/2016).

"Apalagi kalau ada penumpang yang naik sepeda motor. Mengangkat motor ke dermaga atau sebaliknya itu jadi sangat sulit. Butuh tiga orang untuk bisa mengangkutnya," tambah warga Parapat, Simalungun ini.






Panitia Upacara Horja Bius, Hartoba Sidabutar menjelaskan upacara ini adalah kegiatan tahunan yang dilakukan masyarakat Samosir. Horja memiliki arti kumpulan dari desa-desa. Sedangkan bius berarti persembahan atau kurban.

"Jadi Horja Bius kira-kira artinya adalah upacara persembahan yang dilakukan oleh warga dari beberapa desa," kata Hartoba.

Upacara ini adalah warisan dari nenek moyang orang Batak. Fungsinya bisa bermacam-macam, tergantung kebutuhan warga Samosir pada masa itu. Misalnya musim panen lagi sedikit, maka pada upacara Horja Bius akan dilakukan permohonan untuk memperbanyak hasil panen.

Saat warga Samosir diserang wabah penyakit, maka pada upacara Horja Bius akan dilakukan permohonan kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari penyakit.

"Upacara tahun untuk meminta hujan karena sudah tiga tahun terakhir hasil panen tidak sebanyak tahun sebelumnya. Selain itu agar air Danau Toba naik lagi. Karena saat ini air danau sudah sangat surut," ungkapnya.

Pada upacara yang berlangsung kemarin, ritual pertama yang dilakukan adalah melakukan doa bersama di pinggir Danau Toba. Sekaligus menghanyutkan persembahan ke danau. Persembahan yang diletakkan di nampan bambu berisi beras, pulut, jeruk purut, daun sirih, telur, dan ayam putih.





Ritual selanjutnya adalah Marhata Maraja. Yakni meminta restu dari delapan raja yang ada di Samosir.
Pada ritual ini dilakukan perbincangan antara raja-raja dan perwakilan masyarakat untuk mengetahui permintaan raja-raja.

Setelah permintaan raja bisa dikabulkan, maka ritual akan dilanjutkan dengan Tortor Tunggal Panaluan. Yakni memanggil arwah leluhur untuk hadir pada upacara Horja Bius menggunakan medium tongkat atau patung.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simalungun akan Bangun Cable Car Danau Toba Terpanjang di Dunia

Siapa Bilang Sunrise di Negeri Laskar Pelangi Tidak Menawan?