Mengenal Arifin, Dari Suporter FC Barcelona hingga Dirikan Akademi Sepakbola Utamasia
Tahun 2008 jadi tahun pertama pria bernama lengkap Arifin Al Alamudi jatuh cinta pada klub sepakbola FC Barcelona. Tahun 2017 menjadi Presiden komunitas Supporters Barcelona Indonesia. Tak mau sekadar menonton di layar kaca, Tahun 2020 ia mendirikan Akademi Sepakbola Utamasia, mengadopsi La Masia, akademi milik FC Barcelona.
Liga Spanyol pada era
2000-an masih kurang akrab di telinga fans sepakbola Indonesia. Hanya klub
Barcelona dan Real Madrid yang agak sering dengar karena sering mentas di Liga
Champion Eropa menghadapi klub-klub Inggris dan Italia.
Pencarian judul skripsi pada
semester 7 kuliah Ilmu Politik membuat Arifin pertama kali mengetahui betapa
dahsyatnya FC Barcelona. Kala itu ia ingin membuat skripsi seputar perlawanan
politik yang unik di berbagai belahan dunia. Di Brazil, perlawanan terhadap
pemerintah lewat Pendidikan, di India perlawanan politik dengan Gerakan diam
dan tutup mulut. Di Spanyol perlawanan politik melalui sepakbola.
Sejak zaman dahulu, Bangsa
Catalonia memiliki bahasa, lagu kebangsaan, hukum, dan tradisi sendiri. Namun
terpaksa bergabung di bawah kekuasaan Raja Spanyol karena pernikahan putra Raja
Spanyol dan Wanita Bangsawan Catalonia. Barcelona adalah ibu kota Catalonia dan
termasuk salah satu kota dengan perputaran ekonomi terbesar di Spanyol.
Namun perlawanan dengan
berbagai cara terhadap kerajaan spanyol tak pernah padam. Bahkan salah satunya
lewat sepakbola. Era 1990an awal, Kerajaan Spanyol punya klub sepakbola bernama
Real Madrid, dan beberapa klub yang memakai
nama Real di depannya (Real Betis, Real Sociedad, Real Zaragoza dll) adalah
klub yang loyal (Royal/Real) kepada raja.
FC Barcelona yang
perlahan menjadi perwujudan dan suara hati nurani warga Catalan tak pernah
sekalipun mau menerima bantuan raja untuk pengelolaan tim. Warga Catalan secara
solid beramai-ramai bekerja sama membiayai klub ini dengan system koperasi.
Bahkan kini Barcelona bisa dibilang sebagai Koperasi paling sukses di dunia.
Selain tim sepakbola putra, FC Barcelona Woman, Barcelona Futsal, dan Barcelona
Basket juga telah mengukir prestasi.
Namun kesuksesan FC
Barcelona di dunia sepakbola tidak seperti membalikkan tangan. Mereka punya
akademi pembinaan usia muda yang diberi nama La Masia. Salah satu produk jebola
La Masia adalah Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Lionel Messi yang membawa
Barcelona ke puncak kejayaan di era 2009 hingga saat ini.
“Semua penikmat sepakbola
di Dunia pasti kagum dengan pola permainan tiki-taka Barcelona, tapi saya
berpikir kok kita ga bikin aja akademi seperti La Masia agar kelak di masa yang
akan datang lahir pemain-pemain Indonesia yang bisa bermain seperti Barcelona.
Itulah asal mulanya saya dan beberapa eks pesepakbola professional di Medan
mendirikan Akademi Sepakbola Utamasia,” ungkapnya.
Salah satu tokoh penting
dari berdirinya Utamasia adalah Donny Fernando Siregar. Ia dan anaknya yang
masih usia 5 tahun merupakan member Supporters Barcelona Indonesia (SBI). Akhir
2019 ia baru menyelesaikan kursus pelatih berlisensi B AFC. Namun pandemic
melanda, ia tak bisa melatih, akhirnya ia memulai dengan melatih anaknya
sendiri dan mempraktikkan kurikulum Filosofi Sepakbola Indonesia (Filanesia)
yang diadopsi oleh Luis Milla dari La Masia. Pelatih Timnas Indonesia tersebut
menilai La Masia cocok diterapkan di Indonesia karena postur tubuh
pemain-pemain Indonesia kecil seperti pemain Spanyol.
Beberapa anak dari member
SBI yang usianya 4-9 tahun akhirnya bergabung Latihan di halaman rumah Donny
Fernando Siregar. Tanpa bayaran, semua peralatan Latihan dibeli secara patungan
kala itu.
Seiring berjalannya
waktu, sekitar Sembilan orangtua yang Sebagian besar fans Barcelona menetapkan
hati bahwa Latihan di halaman rumah Donny harus dibuka untuk anak-anak lain
yang lebih luas. Sehingga anak-anak lain bisa mendapatkan pelatihan sepakbola
yang tepat dari tangan pelatih yang tepat juga.
“Akhirnya diputuskan namanya
Utamasia, karena kami nongkrongnya sering di jalan utama, dan kami pencinta
Barcelona, akademi Barcelona bernama La Masia, kami pilih nama Utamasia. Itu
asal usulnya,” ungkap ayah 3 anak ini.
Lokasi latihanpun
berpindah ke Lapangan Taman Cadika Medan Johor. Awalnya 12 anak-anak dari para
fans Barcelona, bertambah pesat jadi 60 anak dalam waktu singkat. Enam bulan
berlalu, jumlah murid makin banyak, Akademi Sepakbola Utamasi berpindah ke
Lapangan Boca Junior, Jalan Karya Medan Johor.
“Bukan sekadar ambil nama
saja dari La Masia, tapi pola latihan, alat Latihan, dan manajemen kami buat
serapi mungkin. Misalnya satu pelatih maksimal melatih 10-15 anak, itu kami
terapkan, ada logbook Latihan, ada kelas teori sebelum praktik, dan semua harus
berlisensi,” jelasnya.
Kini di usia 2 tahun,
Utamasia memiliki 115 murid dengan tujuh pelatih berlisensi. Latihan dibagi
dalam 7 kelas. Kelompok U4-5 tahun satu kelas, U6-7 satu kelas, U7-9 tahun 4
kelas, dan U10-13 satu kelas.
Donny Siregar dengan
lisensi B AFC ditunjuk sebagai kepala pelatih. Anggotanya Hardi Citra, Saut FJ
Naibaho, Markus Siahaan, Irwin Londo, M Nasta, dan Jery Rosi semua berlisensi C
PSSI Diploma. Sebagai pembanding, regulasi Liga 3 Indonesia, pelatih dan
asistennya harus berlisensi C PSSI Diploma. Sedangkan Lisensi B AF sudah bisa
menjadi kepala pelatih Liga 2.
“Jadi kira serius dalam
pembinaan ini, ga ada lagi pelatih kampung, pelatih mantan pemain tapi ga punya
lisensi. Tahun 2021 lalu 6 pelatih hanya berlisensi D, tapi komitmen kuat kami,
keenam pelatih kami biayai untuk mengikuti kursus lisensi C, dan mereka baru
saja selesai mengikuti kursus lisensi C PSSI Diploma tanggal 2 Juli lali,” terangnya.
Sedangkan Arifin, kini
menjabat sebagai Direktur Akademi Sepakbola Utamasia. Dari segi manajemen, ada
pembatasan tanggungjawab agar lebih professional. Pelatih tidak boleh mengurusi
soal uang SPP anak-anak atau ikut campur dalam hal keuangan, dengan catatat
gaji pelatih lancar. Sedangkan Arifin dan manajemen lainnya tidak boleh
intervensi pelatih dalam hal program Latihan dan pemilihan pemain saat uji coba
ataupun saat pertandingan.
Dengan cara seperti ini,
kata Arifin, manajemen Utamasia lebih rapi dan program pelatihan berjalan maju
serta terarah. Terbukti kini Utamasia terus berkembang. Selain mengajarkan
anak-anak tentang sepakbola, manajemen Utamasia juga mengedukasi orangtua agar mendukung
program latihan.
Misalnya tidak memberikan
gadget selama berada di lapangan, tidak boleh me-remote (berteriak dan memberi
instruksi pada anak) saat latihan dan pertandingan, serta menjelaskan tentang
nutrisi dan konsumsi yang baik untuk anak.
“Jadi kunci kesuksesan
program latihan tidak 100 persen pada pelatih, tapi juga ada peran orangtua.
Makanya edukasi dan kolaborasi dengan orangtua harus dilakukan. Jadi pelatih
kasi report juga ke orangtua tentang perkembangan anaknya secara periodik,”
tambahnya.
Selain itu, Utamasia juga
menggelar Liga untuk anak usia 7-9 tahun dengan sistem liga. Diikuti 18 tim di
Kota Medan dan Deli Serdang, berlangsung tiga pekan sekali, laga 4 vs 4 tanpa
penjaga gawang. Tujuannya untuk mengasah kemampuan dan mental anak-anak di
lapangan, atau sebagai alat mengukur perkembangan hasil latihan selama ini.
“Kelemahan pesepakbola
Indonesia dalam hal mental, karena jam bermain tidak banyak, hanya sering
dihadapkan dengan festival atau turnamen sistem gugur, bagi kami itu kurang
mendidik. Sehingga kami berinisiatif menggelar Liga sendiri. Bayangkan saat ini
pesertanya anak 7 tahun, tiga pekan sekali dengan total jumlah 17 pertandingan selama
setahun. 10 tahun yang akan datang mereka sudah melalui 170 pertandingan kan, pasti
mental dan skill mereka akan jauh lebih baik dibanding anak yang tidak
mengikuti liga,” ungkapnya.
Liga Utamasia ini, tambah
Arifin, juga digelar sesuai dengan kurikulum Filanesia, yaitu setiap 6-9 kali
latihan (dua sampai tiga minggu latihan) harus ada satu kali uji coba. Sehingga
pelatih bisa melihat perkembangan mental dan skill anak.
“Di Utamasia kami tidak
pernah menargetkan 100 persen anak-anak Utamasia kelak jadi pesepakbola hebat,
kami Cuma ingin semua anak-anak di sini bersenang-senang dan Bahagia dengan
bermain sepakbola. Kelak jadi apapun mereka di masa mendatang, mereka akan punya
mental dan disiplin yang kuat juga,” pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar